disusun oleh:
Feri Afrizal Syami, 09 Oktober 2011
Mahasiswa PSIK STIKES SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Banyak sumber,
banyak juga angka yang diberikan. Ada yang menyebut 1 dari 10 orang, namun ada
juga yang menyatakan sekitar 25 persen dari populasi. Tentu itu angka dari luar
negeri yang dikutip dari http://familydoctor.org./
Mengenai jenis kelamin, ternyata baik lelaki maupun perempuan bisa terkena
penyakit dispepsi. Penyakit itu tidak mengenal batas usia, muda maupun tua,
sama saja.
Di Indonesia
sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001
menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti.
Sayang, tidak
hanya di Indonesia (seperti Pak Otto), di luar negeri pun, menurut sumber di
Internet, banyak orang yang tidak peduli dengan dispepsia itu. Mereka tahu
bahwa ada perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak
membuat mereka merasa perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Padahal, menurut
penelitian- masih dari luar negeri-ditemukan bahwa dari mereka yang
memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki ulkus (borok) pada
lambungnya atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia sendiri, penyebab
dispepsi adalah 86 persen dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen
disebabkan oleh kanker lambung. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang dispepsia.
Berdasarkan
latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk membuat makalah mengenai
“Dispepsia”.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui lebih
dalam tentang dispepsia.
C.
Manfaat
Adapun manfaat
yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah agar pemakalah dapat
memberikan informasi kepada para pembaca makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Dispepsia
merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan.
Dispepsia adalah istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk
menjelaskan keluhan perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau
tidak nyaman, kembung, banyak flatus, rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang dan
borborygmi (suara keroncongan dari perut)
Dispepsia adalah
sindroma klinik yang di
sebabkan oleh beberapa penyakit saluran cerna bagian atas.
Dispepsia
mengacu pada suatu keadaan akut (tiba-tiba), kronis, atau berulang atau
ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Ketidaknyamanan ini dapat
kenali atau berhubungan dengan rasa penuhdi perut bagian atas, cepat kenyang,
rasa terbakar, kembung, bersendawa, mual, dan muntah-muntah. Heartburn (rasa
terbakar di retrosternal) harus dibedakan dari dispepsia. Pasien dengan
dispepsia sering mengeluh Heartburn sebagai gejala tambahan. Ketika
heartburnmerupakan suatu keluhan yang dominan, refluks gastroesofagus hampir
selalu menyertai. Dispepsia terjadi di 25% dari populasi orang dewasa dan 3%
dari kunjungan medis umum.
Dispepsia
berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit , dan (Pepse),
berartipencernaan Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan. Keluhan refluksgastroesofagus klasik berupa rasa panas di
dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung,kini tidak lagi termasuk
dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu:
a. Dispepsia
organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnya tukak
b. Dispepsia
nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bilatidak
jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguanstruktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).
Definisi
lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atasatau
dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit
atau rasaterbakar di perut.
B.
Penyebab
Setiap
orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia, baik pria maupun
wanita.Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam beberapa
waktu Seringnya,dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux. Jika anda memilikipenyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas
menuju esofagus (saluran muskulomembranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri didada. Beberapa obat-obatan, seperti obat
anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab
dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
a. Menelan
udara (aerofagi),
b. Regurgitasi
(alir balik, refluks) asam dari lambung,
c. Iritasi
lambung (gastritis),
d. Ulkus
gastrikum atau ulkus duodenalis,
e. Kanker
lambung,
f. Peradangan
kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi
laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya,
h. Kelainan
gerakan usus
i.
Stress psikologis,kecemasan, atau
depresi
j.
Infeksi Helicobacter pylory
Dyspepsia
disebabkan oleh beragam hal yang dapat ditelusuri berdasarkan kategorinya.
a. Non-ulcer
dyspepsia adalah dyspepsia yang tidak diketahui penyebabnya karena –
biladiendoskopi – bagian kerongkongan, perut, atau duodenum terlihat normal,
tidak menunjukkan borok sama sekali. Diperkirakan 6 dari 10 penderita
dyspesia tergolongdalam kategori ini,
b. Duodenal
and stomach (gastric) ulcers yakni dyspesia yang disebabkan oleh borok diusus
duabelas jari atau lambung. Jenis ini kerap dinamai peptic ulcer,
c. Duodenitis
and gastritis atau radang di usus duabelas jari dan/atau lambung.
Radangtersebut bisa saja ringan atau parah, tergantung luksnya. Gastritis akut
dapatdisebabkan oleh karena stres, zat kimiam isalnya obat-obatan dan alkohol,
makananyang pedas, panas maupunasam. Pada para yang mengalami stres akan
terjadiperangsangan sarafsimpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan
produksiasamklorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam
lambungakan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun
makananyang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi
untuk menghasilkan mukus,mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu
fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna.
Respon mukosa lambungkarena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya
vasodilatasi sel mukosagaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerahfundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa
gaster akan menyebabkan produksiHCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan
rasa nyeri. Rasa nyeri iniditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa
gaster. Respon mukosa lambungakibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi selmukosa gaster akan mengakibatkan
erosipada sel mukosa. Hilangnya sel mukosaakibat erosi memicu timbulnya
perdarahan.Perdarahan yang terjadi dapat mengancamhidup penderita, namundapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehinggaerosimenghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah perdarahan. Helicobacter pylorimerupakan
bakteri gram negatif. Organisme inimenyerang sel permukaan gaster,memperberat
timbulnya desquamasi seldan muncullah respon radang kronis padagaster yaitu :
destruksi kelenjar dan metaplasia
d. Acid
reflux, oesophagitis and GERD. Acid reflux terjadi ketika zat asam keluar
darilambung dan naik ke kerongkongan.Acid reflux bisa menyebabkan esofagitis
(radangkerongkongan) atau gastro-oesophageal reflux disease (GERD – acid
reflux, denganatau tanpa esofagitis). Manifestasi klinis GERD dapat berupa
gejala yang tipikal(esofagus) dan gejala atipikal (ekstraesofagus). Gejala GERD
70% merupakan tipikal,yaitu :
1)
Heart burn. Heart burn adalah
sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejalaheart burn adalah gejala yang
tersering,
2)
Regurgitasi. Regurgitasi adalah
kondisi di mana material lambung terasa dipharing. Kemudian mulut terasa asam
dan pahit. Kejadian ini dapatmenyebabkan komplikasi paru-paru,
3)
Disfagia. Disfagia biasanya
terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur.
Gejala
atipikal (ekstraesofagus) seperti batuk kronik dan kadang wheezing, suara
serak, pneumonia asmpirasi, fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada
nonkardiak.Data yang ada kejadian suara serak 14,8%, bronkhitis 14%, disfagia
13,5%, dispepsia10,6%, dan asma 9,3%. Kadang-kadang gejala GERD tumpang tindih
dengan gejala klinis dispepsia sehigga keluhan GERD yang tipikal tidak mudah
ditemukan. Spektrum klinik GERD bervariasi mulai gejala refluks berupa heart
burn, regurgitasi, dispepsia tipe ulkus atau motilitas. Terdapat dua kelompok
GERD yaitu GERD padapemeriksaan endoskopi terdapat kelainan esofagitis erosif
yang ditandai denganmucosal break dan yang tidak terdapat mucosal break yang
disebut Non Erosive Reflux Disease (NERD). Manifestasi klinis GERD dapat menyerupai
manifestasi klinis dispepsia berdasarkan gejala yang paling dominan adalah :
1) Manifestasi
klinis mirip refluks yaitu bila gejala yang dominan adalah rasapanas di dada
seperti terbakar,
2) Manifestasi
klinis mirip ulkus yaitu bila gejala yang dominan adalah nyeri uluhati,
3) Manifestasi
klinis dismotilitas yaitu gejala yang dominan adalah kembung,mual, dan cepat
kenyang,
4) Manifestasi
klinis campuran atau nonspesifik.
e. Hiatus
hernia atau lambung bagian atas menekan dada bagian bawah melalui bagian
diafragma yang bermasalah. Biasanya hiatus hernia hanya menyebabkan GORD
f. Infeksi
bakteri H. Pylori,
g. Efek
samping obat-obatan tertentu, misalnya obat-obatan anti peradangan atau
obat-obatan lain (misalnya antibiotik dan steroid). Obat bisa menyebabkan
keluhan diperut bagian atas seperti NSAID, alendronate,orlistat, besi atau
suplement potassium,digitalis, theophylin, dan antibiotik oral. Pengurangan
dosis atau penghentian dosisbiasanya bisa mengurangi gejala dispepsia.
C.
Pengobatan
1. Terapi
Farmakologi
q Obat
golongan penekan asam lambung
(antasida, H2
blocker, dan proton pump inhibitor)
q Obat
golongan sitoproteksi
: sukralfat,rebamipid
q Antibiotika : infeksi Helicobacter pylori
(amoksisilin,
Claritromisin, dan metronidazol
2. Terapi
Farmakologi
q modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab
ulcer (aspirin & NSAIDs lain, bisphosphonat oral, KCl, pengobatan
imunosupresan)
q Menghindari stress
q Stop merokok & alkohol
q Stop kafein (stimulan asam lambung)
q Menghindari makanan dan minuman soda
q Menghindari makan malam
D.
Pencegahan
Berikut
adalah 11 solusi mencegah gangguan pencernaan
1.
Biasakan makan
dengan teratur
2.
Kunyah makanan
dengan baik supaya enzim ptialin dalam kelenjar ludah dapat melakukan fungsinya
dengan sempurna
3.
Jangan makan
terlalu banyak
4.
Jangan berbaring
setelah makan
5. Hindari waktu makan yang terlalu ber-dekatan supaya
proses mencerna tidak terganggu (interval 2-3 jam)
6. Jangan makan sambil minum (setiap cairan yang
dikonsumsi dengan makanan padat akan mengurangi aktivitas cairan pencernaan
yang terlibat dalam proses pencernaan)
7. Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat
8. Konsumsi makanan probiotik
9. Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein
hewani dan karbohidrat sederhana)
10. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin
(dapat mengiritasi lapisan dinding lambung)
11. Kurangi stress
BAB III
KESIMPULAN
Dispepsia
merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan.
Dispepsia
diakibatklan oleh Menelan udara (aerofagi), Regurgitasi (alir balik, refluks)
asam dari lambung, Iritasi lambung (gastritis), Ulkus gastrikum atau ulkus
duodenalis, Kanker lambung, Peradangan kandung empedu (kolesistitis), Intoleransi
laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya, Kelainan gerakan usus, Stress
psikologis,kecemasan, atau depresi, dan Infeksi Helicobacter pylory.
Pengobatannya
dapat dilakukan secara farmakoterapi atan non farmakoterapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar